KOTA MALANG - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Fatimah Azzahra dan Lutfin Aurili N. dibawah bimbingan drh. Shelly Kusumarini, M.Si melakukan Sosialisasi serta edukasi mengenai cacingan serta pencegahannya melalui kegiatan Pengmas DPP/SPP, Jumat (9/9/2022).
Sosialiasi tersebut dilakukan karena hingga kini cacingan masih menjadi penyakit yang sering menjangkit anak-anak usia sekolah dasar khususnya pada anak yang sering bermain di luar ruangan. Hal ini disebabkan, cacingan dapat menular melalui tanah kemudian melekat pada kuku jari tangan yang panjang maupun kaki yang tidak tertutupi oleh alas kaki seperti sepatu. Selain itu, penularan penyakit cacingan ini diperkuat dengan rendahnya kesadaran akan kebersihan diri dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Kegiatan pengabdian masyarakat ini terdiri atas sosialisasi yang dilaksanakan secara estafet dari kelas ke kelas dan dilengkapi kegiatan edukasi pencegahan dengan metode outline mewarnai yang menjelaskan mengenai proses penularan cacingan serta pencegahannya dengan pembuatan sabun cuci tangan cair alami dari air rebusan daun sirih.
Cacingan sendiri merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi cacing yang menular melalui tanah atau Soil Transmitted Helminths (STH). Spesies cacing yang seringkali menginfeksi merupakan cacing dari genus Ascaris dan Trichinella dengan spesies A. lumbricoides dan T. spiralis. Selain dari kedua spesies tersebut, cacingan juga dapat disebabkan oleh spesies Necator americanus, Ancylostoma duodenale, dan Trichuris trichiura.
Penularan penyakit cacingan bisa melalui tanah yang terdiri dari dua cara. Pertama, tinja yang mengandung telur cacing mencemari tanah. Kemudian, telur cacing akan menempel di tangan atau kuku ketika anak-anak sedang bermain di tanah. Selanjutnya, ketika makan atau minum telur cacing akan ikut masuk ke dalam mulut dan tertelan dan terjadinya infestasi cacing yang kemudian disebut sebagai cacingan. Jalur penularan cacingan yang kedua ialah apabila lalat hinggap dan berkerumun pada tanah yang sudah tercemar telur cacing, selanjutnya lalat akan hinggap di makanan ataupun minuman yang bila masuk melalui mulut lalu tertelan dapat menyebabkan terjadinya cacingan.
Selain sosialisasi, program ini juga melaksanakan pembuatan sabun cuci tangan alami dengan menggunakan air rebusan daun sirih sebagai antiseptik alami. Kegiatan ini disambut antusias oleh siswa dan guru SDN 005 Makmur. Diawali dengan penjelasan mengenai alat dan bahan hingga proses pembuatan sabun tersebut, lalu diakhiri dengan gerakan mencuci tangan bersama di depan kelas masing-masing sebagai tindakan preventif cacingan sejak dini.
Melihat angka kasus kejadian yang masih lumayan tinggi, dinilai perlu diadakannya sosialisasi dan penyuluhan mengenai cacingan. Maka dari itu diharapkannya dengan terlaksananya program sosialisasi ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anak usia sekolah dasar dan mengurangi kasus cacingan di Indonesia. (*)